Bahaya Uap dari Rokok Elektrik
Wednesday, February 15, 2017
Edit
Beberapa orang berfikiran bahwa rokok
elektrik merupakan alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok biasa
pada umumnya. Ini disebabkan karena pada rokok elektrik tidak memakai
tembakau sebagai bahan dasar rokok juga cairan yang terkandung dari
rokok elektrik tersebut dinilai aman bagi para konsumen rokok elektrik.
Namun studi terbaru menjelaskan bahwa
terdapat gas beracun dari rokok elektrik ini yang sangat membahayakan
paru-paru dan menimbulkan masalah kesehatan lainnya, kemudian dari studi
tersebut menjelaskan juga bahwa semakin panas rokok elektrik dan sering
digunakan maka semakin beracun juga senyawa yang dikeluarkan
Hugo Destaillats, seorang kimiawan dari
Lawrence Berkeley National Laboratory di California memaparkan bahwa ia
beserta tim nya menemukan sejumlah bahan kimia beracun yang dihasilkan
oleh rokok elektrik.
Beberapa zat beracun tersebut belum
pernah ditemukan sebelumnya. Selain itu mereka pun mengamati bahwa bila
dibandingkan dengan rokok konvensional pada umumnya, rokok elektrik
lebih aman dikonsumsi bagi perokok aktif.
Pada rokok elektrik, uap yang dihasilkan
berasal dari cairan yang dihisap melalui rokok elektrik. Pembuat rokok
tersebut melarutkan berbagai macam perasa, biasanya nikotin ke dalam
pelarut yang dikenal sebagai food grade, pelarut ini dinilai cukup aman
untuk dimakan (namun dalam kasus tertentu bila terhirup melalui
paru-paru, tidak tertelan kedalam perut akan dapat membahayakan).
Pada saat dihirup, pelarut dengan rasa
tertentu akan mengalir melalui rokok elektrik, kemudian saat melewati
satu atau lebih kumparan logam panas, cairan tersebut akan menguap
menjadi gas.
Uap yang tercampur dari berbagai rasa
inilah yang kaya akan bahan kimia beracun, satu dari senyawa beracun
tersebut adalah nikotin. Adanya nikotin dalam cairan rokok elektrik akan
menstimulasi sistem syaraf pengguna dengan cara yang sama seperti
halnya tembakau.
Namun studi terbaru menemukan bahwa
pelarut yang dibuat dari bahan-bahan kimia akan sangat berbahaya jika
dihirup. Ini terjadi pada saat pelarut menghadapi kumparan logam panas,
perubahan menjadi uap-uap ini yang membentuk senyawa beracun yang baru.
Senyawa-senyawa berbahaya tersebut
diantaranya formaldehid dan asetaldehid. Senyawa bergugus aldehid
tersebut dianggap sebagai senyawa penyebab kanker, kemudian senyawa
aldehid lain seperti akrolein juga berbahaya karena dapat mengiritasi
mata dan saluran udara.
Tim dari Berkeley menggunakan dua jenis
rokok elektrik dengan tiga jenis cairan yang berbeda. Peralatan uji
mekanis mereka menarik udara melalui perangkat elektronik sehingga
membuat uap sebagaimana orang normal menghirupnya.
Bahan kimia yang membentuk uap tersebut
berubah menjadi lebih toksik sebagaimana rokok elektrik tersebut
memanas, artinya hembusan awal yang dikeluarkan sedikit beracun
dibandingkan hembusan berikutnya.
Gambar tersebut menjelaskan bahwa faktor
tegangan dari rokok elektrik akan mempengaruhi jumlah senyawa beracun
(per-mikrogram) yang dihasilkan dari tiap hembusan. Semakin tinggi
voltase dari rokok elektrik maka pembentukan uap beracun akan semakin
cepat dan banyak.
Namun pada beberapa titik, cairan tidak
bisa mendapatkan panas lebih banyak sehingga menempatkan tingginya panas
hanya akan membuatnya menguap dan cairan tersebut benar-benar terurai
menjadi baru dan lebih beracun.
Peningkatan dalam pembentukan gas beracun cenderung naik secara
bertahap sebagaimana panasnya kumparan logam, ditambah dengan tingginya
voltase pada maka akan ada dorongan tajam dalam kehadiran ketiga senyawa
kimia paling berbahaya tadi.
Ilmuwan pun membandingkan uap yang
mereka keluarkan berikutnya dengan uap dari tiupan awal, hasilnya 60%
lebih aldehida lebih banyak dihasilkan ketimbang tiupan awal.
Selain itu ilmuwan menjelaskan bahwa ada
penumpukkan senyawa kimia dekat kumparan logam panas, sebagaimana
cairan terurai yang akan meninggalkan residu. Residu ini pun akan
berfungsi sebagai sumber tambahan dalam membuat senyawa beracun.