Mencintai Anak dan Istri adalah Ibadah, Mencukupi Kebutuhannya adalah Sedekah SHARE JIKA KAMU SETUJU....
Monday, June 12, 2017
Edit
Kehadiran
seorang istri bagi seorang laki-laki yang baru menikah tentulah menjadi
anugerah yang terindah. Bukankah Adam merasa kesepian sebelum hadirnya
Hawa ditengah kenikmatan surga yang dirasa. Demikian pun dengan
kehadiran anak bagi pasangan yang telah menikah, juga menjadi harapan.
Harapan
tentang berlanjutnya siklus kehidupan dengan mewujudnya keturunan.
Harapan tentang masa depan anak yang cemerlang. Harapan tentang misi
peradaban. Semua menjadi satu dalam kehidupan yang dijalani, kehidupan
berumah tangga.
Sahabat
sepercikhikmah mencintai meraka adalah ibadah. Mencukupkan keperluan
mereka adalah sedekah. Amanah yang musti dijaga, selalu sepanjang masa.
Karena yang saat ini sedang bersama, bisa menjadi tiada. Semuanya akan
pergi, pada saatnya.
Cobalah
lihat pasangan kita dalam lelapnya. Cobalah sesekali meratapi gurat
wajah penuh kepolosan anak kita dalam nyenyaknya. Pada mereka ada
peluang ibadah yang terbuka lebar. Ibadah diatas ibadah.
Sahabat
dakwah, teringat akan pesan mulia dari lisan sebaik manusia, “Ada dinar
yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk
memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin.
Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak-istri) lebih
besar pahalanya.” (HR. Muslim).
Terenyuh,
bila kita menjadikan Rasul sebagai tauladan, “Sebaik-baik kalian adalah
(suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang
paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).
Istrimu
yang tetap setia menemani hari-harimu. Anak-anak dengan semua kepolosan
mereka. Lanjutkan dengan muhasabah diri. Sudahkah diri ini menjadi imam
terbaik untuk mereka? Bagaimana pertanggungjawabanku kelak di
mahkamah-Nya? Adakah kami akan bersama di kehidupan berikutnya, di
surga-Nya?
Tidakkah
muncul rasa risau ketika tahu bahwa nanti suami bisa menjadi musuh bagi
istri. Istri menjadi musuh bagi suami. Orangtua menjadi musuh bagi
anak-anaknya?
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya
Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari pasangan dan keturunan kami
sebagai penyejuk hati, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74).
Meng-azamkan
dalam hati, menjadi pribadi terbaik dari hari ke hari. Bertakwa, dekat
dengan Sang Pencipta. Harapnya, ketakwaan itu pun menular kepada mereka,
orang-orang terkasih.
Tidakkah
janji ini menjadi menarik, “Dan orang-orang yang beriman dan yang anak
cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu
mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala
amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”
(QS. Al-Thur: 21)
Dikutip dari Ummi-online,
maka cukuplah menjadi pengingat, pesan Fauzhil Adhim dalam goresannya,
supaya bersama tidak hanya didunia, tapi juga bersama ke surga-Nya,
“cintailah anakmu untuk selamanya! Bukan hanya untuk hidupnya di dunia.
Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikitpun
pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta’ala.
Cintai mereka dengan penuh pengharapan agar tak sekedar bersama saat
dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga. Cintai mereka
seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk
karirnya di dunia yang sesaat. Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa
yang jauh lebih panjang, masa yang tak bertepi.”
Semoga lelaki yang sudah menjadi suami kelak bisa menjadi imam yang baik untuk anak-anak dan istri kita. Aamiin.
Semoga bermanfaat.
SHARE JIKA KAMU SETUJU....
Sumber:Berbagai sumber