Suami Selingkuh Dengan Mantannya di Saat Aku Merawat Orang Tuaku
Wednesday, June 7, 2017
Edit

Saya ingin berbagi kisah yang amat perih, yang menimpa perjalanan hidup saya. Sebuah peristiwa yang pada awalnya saya anggap menyakitkan namun kemudian saya menyadari bahwa hal itu memberi hikmah yang luar biasa.
Peristiwa penuh air mata itu berawal ketika saya kembali ke kota perantauan, Yogyakarta. Selama ini saya mengikuti suami tinggal di tanah kelahirannya tersebut. Setahun sekali saya mudik ke Jawa Barat untuk bertemu kedua orang tua. Saat saya mudik, kedua orang tua saya yang sudah sepuh tiba-tiba sakit. Hal tersebut membuat saya tinggal lebih lama di kampung halaman. Akhirnya suami berinisiatif untuk balik dulu ke Yogyakarta karena ada pekerjaan yang belum di selesaikan. Apabila orang tua saya telah sembuh, dia akan menjemput saya untuk kembali ke kota gudeg tersebut.
Suami Selingkuh di Depan Mata Saya Tanpa Malu
Baca Juga

Pada saat terpuruk seperti itu tiba-tiba ujian lain datang. Adik ipar rupanya tidak senang dengan kehadiran saya di keluarga besarnya itu. Alasannya sederhana, karena mertua saya sering memberi uang jajan dan makanan kepada anak saya. Memang sebelum anak saya lahir, anak dari adik ipar saya itu menjadi cucu yang paling disayang. Tapi setelah saya punya anak, perhatian bapak mertua menjadi terbagi. Rupanya hal itu menimbulkan kecemburuan di hati adik ipar saya.
Kecemburuan itu memuncak menjadi kemarahan pada satu kejadian yang amat sepele. Dan pada saat itu saya memahami bahwa adik ipar menginginkan saya menjauh dari bapaknya (mertua saya). Kasarnya, adik ipar menginginkan saya keluar dari rumah mertua. Memang selama ini saya tinggal di rumah mertua karena bapak mertua yang minta. Terlebih bapak mertua sudah sepuh dan hidup sendiri tanpa istri. Sedangkan adik ipar tinggal di kampung suaminya yang masih berdekatan dengan rumah mertua.
Setegar apapun kaki berdiri, jika luka telah tertanam di dalam syaraf dan daging, pada satu waktu manusia akhirnya tumbang.
Karena status saya yang belum resmi mengantongi surat cerai, akhirnya langkah saya untuk memulai hidup baru dengan pria lain terhambat. Saya merasa kesal karena merasa dipermainkan. Hampir tiap hari saya mengemis agar dia segera mengurus cerainya ke Pengadilan Agama. Dan pada satu waktu dia berkata bahwa dia tak berniat menceraikan saya. Sementara di sisi lain dia masih menjalani kisah terlarangnya dengan wanita lain.

Setelah perbincangan yang cukup alot, akhirnya suami pun bersedia mengurus cerainya. Saya pun kembali ke rumah orang tua dengan status single parent. Dan sebelum bulan Ramadan kemarin, tiba-tiba dia datang menelepon saya dan meminta maaf atas semua yang telah di perbuatannya dahulu. Sebagai manusia saya memang masih menyimpan rasa sakit yang seolah tak berkesudahan. Tapi kembali lagi kepada tuntunan agama bahwa memaafkan itu adalah perbuatan yang mulia. Saya pun perlahan-lahan membuka hati untuk memaafkannya. Membuka jalan silaturahmi dan melupakan kejadian di masa lampau adalah pilihan paling bijaksana.
Kini, kami saling mendoakan semoga jalan yang kami tempuh ke depannya sama-sama mendapatkan kebahagiaan meskipun dengan arah yang berbeda. Dan untuk mantan adik ipar saya, sekalipun secara lisan dia tidak pernah mengucapkan kata-kata maaf, tapi secara pribadi saya sudah memaafkannya. Bagaimanapun ikatan keluarga antara mantan adik ipar dan anak saya tidak akan pernah terputus sampai kapanpun. Mereka adalah saudara dari nasab yang sama.