Subhanallah Satu Gerbong Kereta Api Penuh Dengan Suara Al-Qur’an.. Jangan Lupa Share Artikel Ini
Wednesday, June 7, 2017
Edit
Subhanallah Satu Gerbong Kereta Api Penuh Dengan Suara Al-Qur’an.. Jangan Lupa Share Artikel Ini
![]() |
Subhanallah Satu Gerbong Kereta Api Penuh Dengan Suara Al-Qur’an.. Jangan Lupa Share Artikel Ini |
Ada pemandangan yang begitu menyenangkan di kereta rel listrik (KRL) rute Parung Panjang-Tanah Abang, Kamis (25/6) siang.
Lantunan merdu ayat Alquran terdengar sayup-sayup di satu diantara
gerbong kereta itu. Suaranya seolah sahut-menyahut. Terkadang lantunan
itu terang, terkadang seolah hilang lantaran kalah dengan kerasnya decit
bunyi rem kereta. Suara-suara merdu Alquran itu dilantunkan puluhan
remaja wanita yang penuhi bangku di gerbong ketiga.
Lantaran kebetulan penumpang tidak sangat berjubel, mereka terlihat rapi
duduk penuhi bangku di segi kanan serta kiri. Tangan sekitaran 80-an
wanita berhijab itu terlihat memegang erat Alquran kecil lantaran KRL
kerap bergoyang-goyang. Meski demikian, mereka terlihat khusyuk mendaras
Alquran walau penumpang juga keluar masuk saat KRL berhenti setiap
stasiun.
Puluhan pendaras dadakan ini adalah santri-santri putri Pesantren
Terpadu Darul Quran Mulia Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Keberadaannya di KRL di siang nan terik itu bukanlah untuk promosi KRL
maupun aktivitas pesantren. Seperti penumpang lain, mereka tengah
melancong. ”Kami naik dari Serpong ingin ke Bekasi, silaturahmi ke satu
diantara rekan sekalian khataman, ” tutur Jihan Afifah, 15, satu
diantara santri.
Hadirnya Afifah serta puluhan beberapa rekannya tidak ayal menyulap
gerbong KRL seolah jadi pesantren dadakan. Situasi gerbong ramai dengan
beberapa penumpang, namun bukanlah penumpang umum, tetapi yang tengah
mengaji serta beberapa lagi menghafal Alquran. Masalah mengaji di KRL,
Afifah mengakui sekalipun tidak diperintah oleh pimpinan ponpes.
Sebagai santri ponpes penghafal Alquran, menurut remaja asal Tanah
Abang, Jakarta Pusat ini, Alquran yaitu kitab suci yang tidak dapat
dilepaskan dari kesibukan hariannya. Lebih-lebih di bln. yang penuh
barokah serta limpahan pahala ini, menurutnya, beberapa santri
berlomba mendaras sebanyakbanyaknya. ”Alhamdulillah puasa ini telah khatam satu kali, ” tutur remaja yang belum lama ini
khatam menghafal 30 juz Alquran itu.
Atiqah, 15, santri yang lain juga mengakui telah hafal Alquran sesudah
tiga th. mondok di Darul Quran Mulia. Selesai kelulusan, Atiqah serta
santri lain saat ini di beri kebebasan sesaat memegang hp. Di sela
mengaji di KRL, mereka juga sesekali membuka-buka hp untuk chatting,
dengarkan musik melalui headshet atau sebatas bermain.
Walau pemandangan tidak umum, hadirnya beberapa puluh santri ini malah
memperoleh sambutan baik beberapa penumpang lain. Mereka terlihat tidak
terganggu. Bahkan mereka menilainya hal ini bisa jadi ide supaya
penumpang terbiasa memakai waktu luang, lebih-lebih waktu Ramadan.
”Jujur salut, butuh dibudayakan diluar Ramadan, ” tutur Ramli, satu
diantara penumpang asal Ciputat, Tangerang Selatan.
Di Bln. Suci serta di dalam aktivitas yang tinggi, banyak warga Jakarta
memanglah terpaksa menggerakkan ritualritual beribadah sunah di ruangan
umum. Mereka tetaplah berusaha mencari keberkahan Ramadan ini tanpa ada
kurangi intensitas pekerjaannya. Basori, PNS yang berkantor di lokasi
Lapangan Banteng, Jakarta Pusat mengakui setiap di KRL sebisa mungkin
dia meluangkan untuk mendaras Alquran.
Tidak mesti menenteng kitab suci, mendaras saat ini lebih praktis
seperti melalui smartphone. Dengan cara ini, dia berusaha berlaku adil
(ta’ adul) dalam membagi saat pada bekerja serta beribadah. Banyak
keutamaan serta keberkahan di bln. Ramadan bikin orang tidak
menginginkan melupakan demikian saja.
Biasanya mereka rasakan keteduhan yang begitu tidak sama waktu
menggerakkan beribadah daripada hari umum. Bahkan juga Ramadan malah
merasa lebih merekatkan persaudaraan antarsesama. ”Saya pernah waktu
berbuka di KRL, tanpa ada dikomando penumpang sama-sama sharing takjil.
Ini keren serta bikin trenyuh, ” papar Mubarak, warga Depok.
Mengaji, sama-sama menghormati sesama (tasamuh), serta sharing berikut
potret kecil kebiasaan pesantren yang tidak merasa sudah dikerjakan
beberapa orangorang Jakarta saat di ruangan umum. Di dalam desakan hidup
ibu kota yang semakin ketat, nilai-nilai spiritualitas, kesederhanaan
serta kebersahajaan itu menjelma walau baru hanya saat Ramadan.
sumber: media-masa.com