-->

ASTAGHFIRULLAH... Usia Baru 4 Tahun, Fisik Seperti Kakek 80 Tahun, Kok bisa? Cek Selengkapnya

Sebuah kondisi langka sedang dialami oleh bocah asal Bangladesh yang bernama Bayezid Hossain. Usianya baru saja empat tahun, namun jika dilihat fisiknya menyerupai pensiunan berusia 80 tahun. Ternyata...


Bayezid Hossain


Wajah balita dari Magura wilayah selatan Bangladesh ini bengkak, seluruh kulitnya keriput, mata cekung, mengalami sakit sendi, sulit buang air, dan giginya lemah dan rusak.

Yang lebih menyedihkan lagi, masyarakat di sekelilingnya malah suka mengucilkan Bayezid. Mereka tak mau bermain atau berkumpul dengan bocah malang ini karena takut, meskipun dia punya kecerdasan di atas rata-rata.


Ibu Hossain, Tripti Khatun –yang masih berusia 18 tahun, mengaku sangat kagum dengan kecerdasan putranya itu. Tapi di sisi lain dia sangat sedih karena penampilan Bayezid yang terlihat tidak wajar untuk anak usia itu.


“Bayezid baru belajar jalan saat berusia tiga tahun namun giginya sudah lengkap pada usia tiga bulan,” kata Tripti, dkutip Dream dari laman Daily Mail, Senin 1 Agustus 2016.


Dia menambahkan, putranya itu secara fisik memang tumbuh dengan tidak normal. Namun, secara mental, Bayezid sangat mengagumkan. Bisa bercakap-cakap dengan lancar, cepat memahami sesuatu, dan punya intuisi mengagumkan untuk anak seusia dia.


“Dia tidak seperti anak-anak yang lain. Dia seperti orang tua. Sebagai ibu yang baru punya anak saya tidak tahan melihat anak saya seperti ini,” tambah Tripti.
Diramal Mati Muda


Bayezid diyakini mengalami progeria, yang menyebabkan kondisi fisiknya
mengalami penuaan delapan kali dari rata-rata normal. Kelainan ini menginspirasi novel F Scott Fitzgerald novel dan film The Curious Case of Benjamin Button yang dibintangi aktor Brad Pitt.


Dalam dunia medis, pasien progeria diprediksi meninggal dalam usia rata-rata 13 tahun karena serangan jantung atau stroke. Bayezid juga punya mengidap cutis laxa, gangguan jaringan ikat yang jarang terjadi di mana kulit menggantung longgar di lipatan.


Saat Bayezid tumbuh, baik personalitas maupun fisiknya juga berkembang jauh lebih cepat daripada kebanyakan anak-anak di desanya.


“Dia sangat keras kepala dan tahu apa yang dia inginkan, dan dia menjadi sangat tidak sabar. Tapi dia main-main, pikirannya sangat tajam, dan dia cerewet,” tutur Tripti.


Seiring berjalannya waktu, para tetangga kemudian bisa menerima keberadaan Bayezid. Mereka saat ini menganggap balita ini sebagai “orang tua”.


Bayezid tidak bersekolah, tapi dia suka bermain dengan bolanya, menggambar, dan membongkar pasang mainannya.
Aku Bangga dengan Anakku....


Keluarga Tripti dan Lovelu hidup pas-pasan. Saban bulan, Lovelu hanya berpenghasilan Rp 850 ribu. Sejak kelahiran Bayezid, keluarga ini telah menghabiskan biaya sekitar Rp 70 juta. Dana itu untuk berobat Bayezid ke berbagai dokter, namun tak ada satu pun yang bisa mengobatinya.


“Kami sudah ke rumah sakit, kuil, fakir, dukun, semua orang menyarankan apapun.,” kata Lovelu. Namun hasilnya tetap saja. Bahkan, kondisi Bayezid bertambah buruk.


Tripti dan Lovelu sepenuhnya sadar putranya bukanlah bocah normal. Dan mereka sadar sang putra tidak akan berumur panjang. “Tapi saya bangga kepadanya. Dia sangat cerdas jika dibanding anak seusianya,” tutur Lovelu. (Sah)

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel